Memperkuat Karakter Tokoh dalam Penulisan Karya Fiksi (Ilustrasi: Pexels.com) |
Halo Sahabat ISMA! Siapa di sini yang suka mengarang cerita dengan banyak tokoh di dalamnya? Seru ya, bisa membuat karakter yang kita inginkan di bawah kendali kita sendiri, hihihi! Ada yang tahu gak, sih, apa itu karakter?
Karakter atau watak merupakan sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti dan tabiat yang dimiliki manusia maupun makhluk hidup lainnya. Perwatakan sering kali kita dengar di dunia nyata, bahkan berada pada orang-orang di dekat kita.
Bukan hanya di dunia nyata, perwatakan ini sering kali juga tercipta dalam dunia fiksi pada tokoh-tokoh atau peran di dalam cerita. Ada beberapa hal yang harus kita diperhatikan dalam penokohan, salah satunya adalah kekonsistenan terhadap karakter tokoh sampai akhir cerita.
Seringkali kita membuat karakter seseorang dalam dunia fiksi yang sangat sempurna dari pandangan kita, namun tidak lama setelah itu kita merasa bahwa karakter yang kita ciptakan ternyata banyak kurangnya, lalu membuat kita berpikiran untuk mengganti karakter tokoh tersebut saat cerita sedang berjalan.
Dalam menulis cerita,
penulis ingin selalu membuat tokoh dengan karakter yang baik agar pembaca bisa
ikut masuk dalam suasana cerita yang dituliskan dan bisa merasakan apa yang
sedang terjadi pada
tokoh tersebut.
Contohnya, awal karakter
yang kita buat adalah
seseorang yang bersifat
cuek, irit bicara, tidak peduli sekitar dan pembangkang. Namun di tengah alur,
tokoh yang kita ciptakan berubah menjadi seseorang yang hangat, penurut dan
sangat peduli dengan sekelilingnya. Kira-kira itu disebabkan oleh apa, ya?
Nah, teman-teman, masalah di atas tercipta
karena tokoh yang kita ciptakan tidak memiliki pondasi yang kokoh. Pondasi?
Iya, dalam penokohan diperlukan pondasi karakter yang sangat kokoh guna
menghindari terjadinya perubahan karakter di tengah-tengah cerita.
Lalu, bagaimana solusinya? Kita bisa memperkuat karakter tokoh kita dengan niat dan kedisiplinan. Ada beberapa cara juga, lho! Simak baik-baik, ya!
1. Deskripsikan Tokoh Secara Detail
Mendeskripsikan tokoh merupakan hal terpenting, bukan hanya mengenalnya sebagai seseorang yang tidak peduli sekitar, kita juga perlu menekankan bahwa tokoh tersebut merupakan seseorang yang kepribadiannya tidak bisa diubah oleh orang sekitarnya.
2. Jangan Terpengaruh oleh Tokoh dari Cerita Lain
Saat kita membaca cerita orang lain dan menjadikan itu sebagai referensi, kita tentu diajak mendalami karakter yang ada di sana. Hal ini bisa membuat kita mengubah karakter tokoh kita secara tidak sadar. Jadi, hindari terpana dengan karakter lain, ya!
3. Disiplinkan Diri untuk Tidak mengubah Karakter yang diciptakan
Dibutuhkan kedisiplinan dalam membuat karakter tokoh, kita tidak boleh semau kita mengubahnya hanya karena panggilan dalam diri yang menyuruh kita untuk keluar dari detail awal yang kita buat. Hal ini sering terjadi tanpa kita sadari, justru pembacalah yang akan menyadarinya.
4. Karakter Harus Sesuai dengan Manusia Biasa
Tidak semua karakter yang kita inginkan bisa diwujudkan, adakalanya karakter yang kita inginkan tidak relate dengan khalayak. Cobalah untuk membuat tokoh tersebut seperti karakter di dunia nyata, jangan hanya menuruti keinginan. Selain sulit mendapat gambaran, kita akan kebingungan setelahnya.
Karakterisasi merupakan PR terbesar para penulis, di mana mereka mengembangkan kepribadian orang-orang dalam cerita mereka menjadi sebuah individu utuh yang menarik dan believable.
Mengutip dari Ernest
Hemingway, saat menulis
cerita, seorang penulis haruslah bisa membuat karakter yang hidup. Kunci dari
pembuatan karakter yang menarik, berkepribadian kuat, dan berdimensi adalah
riset yang tepat. Analisa orang-orang di sekelilingmu untuk membantumu
membuat karakter yang tak mudah dilupakan. Buat karaktermu lebih nyata dengan
menentukan faktor-faktor internal dan eksternal yang membentuk kepribadian
mereka. Selamat menulis!
Penulis: Kafilla Amadda (XI BAHASA, MAN 1 Cianjur)