![]() |
Sumber: Google |
Halo Sahabat Isma! Kita sama-sama tau bahwa bumi terdiri dari daratan dan lautan. Namun, ternyata komposisinya lebih banyak laut daripada daratan. Kurang lebih 72% permukaan bumi terdiri dari lautan yang menampung sekitar 96,5% dari seluruh air di bumi.
Daratan di bumi terbagi menjadi beberapa benua. Yang mana benun-benua tersebut juga terdiri dari negara dengan latar belakang budaya, politik, dan ekonomi yang berbeda. Benua terbagi menjadi tujuh, yaitu:
1. Benua Asia
2. Benua Afrika
3. Benua Amerika Utara
4. Benua Amerika Selatan
5. Benua Eropa
6. Benua Australia
7. Benua Antartika
Namun pada awal tahun 1900-an ada seorang ahli meteorologi yang berasal dari Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan teori dalam bukunya yang berjudul The Origin of Continent and Oceans, teori yang dikemukakan oleh Wegener adalah teori Apungan Benua atau Continental Drift.
Sekitar 200 juta tahun yang lalu, menurut Wegener, benua-benua pernah bergabung menjadi satu benua super yang disebut Pangaea (dari bahasa Yunani yang berarti "Seluruh Bumi"). Namun Pangaea retak, atau terbelah, dan bagian-bagiannya telah bergerak saling menjauh sejak saat itu.
Pisahan benua yang bergerak ke arah barat dari Amerika membuka Samudra Atlantik. Sementara itu, blok India "menghanyut" melintasi Khatulistiwa dan berhimpitan dengan Asia. Potongan inilah yang menjadi asal muasal pengelompokkan 7 benua yang ada saat ini.
Sebagai penguat teori ini, Wegener memberikan sejumlah bukti. Salah satunya mengenai bagaimana potongan benua yang ada dapat disatukan seperti puzzle. Hal tersebut disebabkan karena bentuk benua.
Terlebih yang menunjukkan landas kontinen memiliki kesamaan pada satu bagian dengan bagian lainnya. Misalnya hubungan yang paling mudah diidentifikasi adalah Amerika Selatan bagian timur dengan teluk Afrika. Para ilmuwan menemukan fakta bahwa benua Afrika dan Amerika Selatan sangat mirip seperti sebuah puzzle. Sehingga, memunculkan spekulasi bahwa kedua benua tersebut awalnya tergabung. Namun, terpecah karena adanya gempa bumi atau bencana alam lainnya.
Seperti yang sudah disampaikan diatas bahwa Wegener memberikan sejumlah bukti, untuk menguatkan Bukti teori Apungan Benua sebagai berikut.
1. Kecocokan/Kesamaan Garis Pantai
Seperti yang sudah disampaikan, Wegener dan para ilmuwan lainnya menemukan fakta bahwa kecocokan garis pantai benua Amerika Selatan bagian Timur dengan garis pantai benua Afrika bagian Barat sangat mirip seperti sebuah puzzle.
2. Kesamaan Fosil Hewan dan Tumbuhan
Kesamaan fosil ditemukan bahkan di benua yang berbeda.
Wegener memperkuat argumennya dengan pendapat bahwa organisme tidak akan mampu melakukan perjalanan melintasi lautan bahkan samudra.
Sebagai contoh fosil mesosaurus, reptil purba yang hanya ditemukan di Afrika bagian Selatan dan Amerika Selatan. Mesosaurus merupakan hewan reptil air tawar yang hidup
kurang lebih 260 juta tahun lalu. Panjang tubuhnya hanya 1 meter. Ia tidak bisa berenang di Samudra Atlantik. Kehadiran mesosaurus menunjukkan adanya habitat tunggal yang berlokasi di air tawar seperti danau, sungai, dan rawa. Tidak hanya hewan, fosil tumbuhan yang ditemukan di Kepulauan Arktik, Svalbard, Norwegia juga menjadi bukti bahwa daerah dingin ini pernah beriklim tropis. Fosil tumbuhan yang ditemukan tidak termasuk dalam jenis tumbuhan hidup dengan suhu dingin. Adapun, Wegener meyakini fosil-fosil ini menjadi bagian tumbuhan tropis dan berasal dari lingkungan yang jauh lebih hangat dan lembab.
3. Iklim Purba dan Deposit Glasial
Karena iklim terhübung dengan garis lintang Bumi, hal ini dapat menjadi bukti teori pergeseran benua.
Peristiwa glasiasi purba meninggalkan jejak dalam bentuk endapan sedimen atau bentuk lahan khusus (seperti lembah berbentuk U). Tanda goresan pada bebatuan (garis-garis glasial) bahkan menunjukkan arah aliran es. Luas dan distribusi endapan tersebut memberi tahu kita di mana kondisi iklim masa lalu cukup dingin untuk terjadinya glasiasi.
Saat ini, bukti adanya peristiwa glasiasi besar sekitar 300 juta tahun lalu tersebar di berbagai lintang dan semua benua selatan, termasuk India dan Australia. Lapisan es tidak dapat terbentuk di sana dalam iklim hangat saat ini. Itulah sebabnya Wegener mengetahui bahwa benua-benua itu pasti dulunya terletak di lintang yang lebih tinggi, lebih dekat ke Kutub Selatan, yang iklimnya lebih dingin.
Deposit glasial adalah pengendapan sedimen yang terjadi akibat pergerakan gletser. Gletser yang bergerak di atas daratan akan mengambil sedimen dan bebatuan dari batuan dasar di bawahnya. Saat gletser berhenti bergerak, es yang mencair akan mengendapkan sedimen tersebut di depan dan di sisi gletser.
4. Kecocokan Kondisi Batuan
Kesungguhan Wegener terhadap pembuktian teorinya, membuatnya mempelajari stratigrafi berbagai batuan dan pegunungan. Hasilnya, pantai timur Amerika Selatan dan pantai barat Afrika seolah menyatu bagaikan potongan puzzle.
Tidak hanya dilihat dari segi bentuk, Wegener juga menemukan lapisan batuan di kedua tempat tersebut memiliki kesamaan. Termasuk adanya endapan laut berusia Jurrasic (sekitar 199.6 juta sampai 145.5 juta tahun) yang ada di sepanjang garis pantai Atlantik menunjukkan bahwa tidak ada lautan sebelum masa tersebut.
5. Kecocokan Persebaran Pegunungan
Selain Amerika Selatan dan Afrika, Wegener juga mengidentifikasi bahwa Pegunungan Appalachian di Amerika Serikat bagian timur memiliki kesamaan geologis dengan Pegunungan Celedonian di Skotlandia. Kesamaan ini terlihat dari jenis, usia, dan struktur susunan batuan.
Tetapi, teori yang dikemukakan oleh Wegener mendapat banyak kritikan dari para ilmuwan lainnya. Salah satunya melalui pertanyaan "Bagaimana mekanisme fragmentasi benua?" "Mengapa potongan benua hanyut?" serta "Pola apa yang mereka ikuti?" Wegener menyebutkan bahwa kemungkinan penyebabnya, yakni rotasi bumi. Perputaran bumi pada porosnya memicu Pangea terpecah dan potongan benua bergeser ke arah yang berjauhan. Pendapat tersebut dirasa kurang tepat sehingga tidak banyak yang setuju dengan teori pergerakan permukaan bumi ini.
Pendapat Wegener diragukan kerena ia bukanlah seorang ahli geologi. Hal ini yang membuat banyak ilmuwan geologi dan geofisika menolak pendapat Wegener. Pada masa itu juga belum ditemukan arus konveksi mantel yang dianggap sebagai penggerak lempeng tektonik.
Berikut dampak dari teori Apungan Benua:
1. Menciptakan pegunungan-pegunungan
2. Mempengaruhi luas laut dan samudera
3. Mempengaruhi iklim lokal
Seiring dengan pergerakan benua-benua di dunia, tidak jarang terjadi tabrakan sehingga menyebabkan terbentuknya pegunungan-pegunungan. Misalnya pegunungan Himalaya terjadi karena adanya tabrakan antara India dengan Eurasia, lebih tepatnya Tibet dan China.
Tidak hanya itu, benua yang terus bergerak membuat luas lautan dan samudera juga akan berubah-ubah seiring dengan pergerakan tersebut. Ketika kedua benua saling bergerak mendekat maka samudra atau lautan yang ada di antara keduanya akan mengecil. Begitu sebaliknya.
Pergerakan benua ini juga berpengaruh pada iklim lokal yang ada di wilayah tersebut. Hal itu disebabkan karena keberadaan laut dan daratan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan iklim dan cuaca. Semakin banyak badan perairan maka suhu akan semakin stabil. Sedangkan, semakin banyak daratan di suatu lokasi maka suhu akan semakin tidak stabil. Daerah yang lebih banyak daratan seperti gurun Sahara dapat memiliki suhu yang sangat panas di siang hari, tetapi sangat dingin di malam hari.
Penulis: Hasya Raf'ah
Editor: Marsya Niswah
Tags:
Sains